Ad Code

Responsive Advertisement

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 267 tentang Zakat


Abstrak

Tidak semua harta harus dikeluarkan zakatnya. Di dalam tafsir surah Al-Baqarah ayat 267 dijelaskan macam-macam zakat dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Lafaz min thayyibati makasabtum bermakna zakat perdagangan, zakat peternakan, zakat pertanian, zakat emas dan perak, dan juga zakat profesi. Lafaz wa mimma akhrajna lakum min al-ardhi bermakna biji-bijian, buah-buahan, dan barang-barang tambang. Lafaz al-khabits bermakna buruk atau haram. Dengan dekimian, secara garis besar ayat ini membahas macam-macam zakat mal.

 

Latar Belakang

Setiap orang memiliki harta yang di dalamnya terselip hak-hak orang lain. Di dalam Islam ada istilah zakat. Secara bahasa zakat bermakna suci. Jadi, zakat merupakan kewajiban umat muslim sebagai sarana untuk menyucikan hartanya dari hak-hak orang lain. Namun, tidak semua harta harus dikeluarkan zakatnya. Oleh sebab itu, kita perlu melihat tafsir ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan zakat, salah satunya tafsir Surah Al-Baqarah ayat 267.

Pembahasan

A.    Surah Al-Baqarah Ayat 267

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ ۖ وَلَا تَيَمَّمُوا۟ ٱلْخَبِيثَ مِنْهُ تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِـَٔاخِذِيهِ إِلَّآ أَن تُغْمِضُوا۟ فِيهِ ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ ۝٢٦٧

Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Maha kaya lagi Maha Terpuji”.

B.     Kosa Kata

 

مفردات

وَمِمَّا أَخْرَجْنا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّباتِ ما كَسَبْتُمْ

من الحبوب والثمار والمعادن

(khilaf)

 

Berupa biji-bijian, buah-buahan, dan barang-barang tambang.

أي زكوا من جياد ما جمعتم من الذهب والفضة وعروض  التجارة والمواشي

Berzakatlah kalian dari sesuatu yang baik-baik yang kalian kumpulkan berupa emas, perak, barang dagangan, dan hewan-hewan ternak.

إِلَّا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ

وَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ

أي إلا بأن تساهلوا في الخبيث وتتركوا بعض حقكم كذلك لا يقبل الله الرديء منكم

 

Melainkan bahwa kalian sendiri enggan terhadap yang buruk tersebut dan kalian meninggalkan sebagian hak kalian seperti yang demikian, maka Allah tidak menerima sesuatu yang buruk dari kalian.

أي ولا تقصدوا الرديء من أموالكم مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ

 

Jangan kalian bermaksud (memilih) sesuatu yang jelek/ buruk dari harta-harta yang kalian infak kan/zakatkan padahal kalian sendiri tidak mau memilihnya (yang buruk).

حَمِيدٌ

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ

أي مستحق للحمد على نعمه العظام

Bermakna berhak mendapatkan pujian atas nikmat Allah yang agung.

عن إنفاقكم، وإنما يأمركم به لمنفعتكم.

Ketahuilah Allah maha kaya dari infak kalian, sesungguhnya Allah memerintahkan kalian berinfak untuk kemanfaatan kalian sendiri.

 

(نووي، مراح لبيد لكشف معنى القرآن المجيد، ١٤١٧ هـ)

C.    Asbabun Nuzul

 

وَيُذْكَرُ هَاهُنَا الْحَدِيثُ الَّذِي رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا أَبَانُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنِ الصَّبَّاحِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ مُرّة الهَمْداني، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إن اللَّهَ قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلَاقَكُمْ، كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ، وَإِنَّ اللَّهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ، وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا لِمَنْ أحبَّ، فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يُسْلِمُ عَبْدٌّ حَتَّى يُسلِمَ قلبُه وَلِسَانُهُ، وَلَا يُؤْمِنُ حَتَّى يَأْمَنَ جارُه بَوَائِقَهُ». قَالُوا: وَمَا بَوَائِقُهُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ؟. قَالَ: «غَشَمُه وَظُلْمُهُ، وَلَا يَكْسِبُ (١) عَبْدٌ مَالًا مِنْ حَرَامٍ فينفقَ مِنْهُ فيباركَ لَهُ فِيهِ، وَلَا يتصدقُ بِهِ فَيُقْبَلَ (٢) مِنْهُ، وَلَا يَتْرُكُهُ خَلْفَ ظَهْرِهِ إِلَّا كَانَ زَادَهُ إِلَى النَّارِ، إِنَّ اللَّهَ لَا يَمْحُو السَّيِّئَ بِالسَّيِّئِ، وَلَكِنْ يَمْحُو السَّيِّئَ بِالْحَسَنِ، إِنَّ الْخَبِيثَ لَا يَمْحُو الْخَبِيثَ» (٣) .

(كثير ١٩٩٩ م)

Sehubungan dengan ayat ini ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Ubaid, telah menceritakan kepada kami Ishaq, dari As-Sabbah ibn Muhammad, dari Murrah Al-Hamdani, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa Rasulullah  bersabda: “Sesungguhnya Allah telah membagikan di antara kalian akhlak-akhlak kalian, sebagaimana Dia telah membagi di antara kalian rezeki-rezeki kalian. Dan sesungguhnya Allah memberikan dunia ini kepada semua orang, baik yang disukai-Nya ataupun yang tidak disukai-Nya. Tetapi Allah tidak memberikan agama kecuali kepada orang yang disukai-Nya. Maka barang siapa yang dianugerahi agama oleh Allah, berarti Allah mencintainya. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, seorang hamba masih belum Islam sebelum kalbu dan lisannya Islam, dan masih belum beriman sebelum tetangga-tetangganya merasa aman dari ulahnya (bawa’iquhu)”. Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai nabi Allah, apakah yang dimaksud dengan bawa’iquhu?”. Nabi menjawab, “tipuan dan perbuatan zalimnya”. Dan seorang hamba mencari usaha dari cara yang diharamkan, lalu ia menginfakkannya maka ia tidak akan mendapat berkah dari infaknya itu. Dan bila ia menyedekahkannya, maka sedekahnya tidak akan diterima. Dan bila ia meninggalkannya di belakang punggungnya (yakni menyimpannya), maka hartanya itu kelak akan menjadi bekal baginya di neraka. Sesungguhnya Allah tidak menghapus keburukan dengan keburukan lagi, melainkan Dia menghapus keburukan dengan kebaikan. Sesungguhnya keburukan itu tidak dapat menghapuskan keburukan lain”.

D.    Makna Ayat

 

يَأْمُرُ تَعَالَى عِبَادَهُ الْمُؤْمِنِينَ بِالْإِنْفَاقِ -وَالْمُرَادُ بِهِ الصَّدَقَةُ هَاهُنَا؛ قَالَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ -مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقَهُمْ مِنَ الْأَمْوَالِ الَّتِي اكْتَسَبُوهَا. قَالَ مُجَاهِدٌ: يَعْنِي التِّجَارَةَ بِتَيْسِيرِهِ إِيَّاهَا لَهُمْ. وَقَالَ عَلِيٌّ وَالسُّدِّيُّ: ﴿مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُم﴾ يَعْنِي: الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ، وَمِنَ الثِّمَارِ وَالزُّرُوعِ الَّتِي أَنْبَتَهَا لَهُمْ مِنَ الْأَرْضِ. قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: أَمَرَهُمْ بِالْإِنْفَاقِ مِنْ أَطِيبِ الْمَالِ وَأَجْوَدِهِ وَأَنْفَسِهِ، وَنَهَاهُمْ عَنِ التَّصَدُّقِ بِرُذَالَةِ الْمَالِ ودَنيه -وَهُوَ خَبِيثُهُ -فَإِنَّ اللَّهَ طَيْب لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَلِهَذَا قَالَ: ﴿وَلا تَيَمَّمُوا﴾ أَيْ: تَقْصِدُوا ﴿الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ﴾ أَيْ: لَوْ أُعْطِيتُمُوهُ مَا أَخَذْتُمُوهُ، إِلَّا أَنْ تَتَغَاضَوْا فِيهِ، فَاللَّهُ أَغْنَى عَنْهُ مِنْكُمْ، فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ مَا تَكْرَهُونَ. وَقِيلَ: مَعْنَاهُ: ﴿وَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ﴾ أَيْ: لَا تَعْدِلُوا عَنِ الْمَالِ الْحَلَالِ، وَتَقْصِدُوا إِلَى الْحَرَامِ، فَتَجْعَلُوا نَفَقَتَكُمْ مِنْهُ.

تفسير ابن كثير - ت السلامة_ ج ١ ص ٦٩٧ ابن كثير (ت ٧٧٤)

Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk berinfak. Makna infak dalam ayat ini yakni bersedekah. Menurut Ibnu Abbas, zakat harus diberikan dari harta yang baik (yang halal) yang dihasilkan oleh orang yang bersangkutan.  Menurut Mujahid, yang dimaksud dengan hasil usaha ialah berdagang. Allah telah memudahkan cara berdagang bagi mereka.

Menurut Ali dan As-Suddi, makna firman-Nya: “مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُم  (dari hasil usaha kalian yang baik)”. Yakni emas dan perak, buah-buahan serta hasil panen yang telah ditumbuhkan oleh Allah dari bumi untuk mereka. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah memerintahkan kepada mereka untuk berinfak dari sebagian harta mereka yang baik, yang paling disukai dan paling disayang. Allah melarang mereka mengeluarkan sedekah dari harta mereka yang buruk dan jelek serta berkualitas rendah karena sesungguhnya Allah itu Maha Baik. Dia tidak mau menerima kecuali yang baik. Oleh sebab itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:“Dan janganlah kalian memilih yang buruk-buruk, lalu kalian infakkan darinya, padahal kalian sendiri tidak mau mengambilnya”. Yakni janganlah kalian sengaja memilih yang buruk-buruk. Seandainya kalian diberi yang buruk-buruk itu, niscaya kalian sendiri tidak mau menerimanya kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Allah Maha Kaya terhadap hal seperti itu dari kalian, maka janganlah kalian menjadikan untuk Allah hal yang tidak kalian sukai.

Menurut pendapat yang lain, makna firman-Nya: “Dan janganlah kalian memilih yang buruk-buruk, lalu kalian infakkan darinya”. Bermakna janganlah kalian menyimpang dari barang yang halal, lalu dengan sengaja mengambil barang yang haram, kemudian barang yang haram itu kalian jadikan sebagai infak kalian.

 

E.     Hukum yang Terkandung

الْمَسْأَلَةُ الْأُولَى: ظَاهِرُ الْآيَةِ يَدُلُّ عَلَى وُجُوبِ الزَّكَاةِ فِي كُلِّ مَالٍ يَكْتَسِبُهُ الْإِنْسَانُ، فَيَدْخُلُ فِيهِ زَكَاةُ التِّجَارَةِ، وَزَكَاةُ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَزَكَاةُ النَّعَمِ، لِأَنَّ ذَلِكَ مِمَّا يُوصَفُ بِأَنَّهُ مُكْتَسَبٌ، وَيَدُلُّ عَلَى وُجُوبِ الزَّكَاةِ فِي كُلِّ مَا تُنْبِتُهُ الْأَرْضُ، عَلَى مَا هُوَ قَوْلُ أَبِي حَنِيفَةَ، وَاسْتِدْلَالُهُ بِهَذِهِ الْآيَةِ ظَاهِرٌ جِدًّا، إِلَّا أَنَّ مُخَالِفِيهِ خَصَّصُوا هَذَا الْعُمُومَ بِقَوْلِهِ ﷺ: «لَيْسَ فِي الْخُضْرَاوَاتِ صَدَقَةٌ» وَأَيْضًا مَذْهَبُ أَبِي حَنِيفَةَ أَنَّ إِخْرَاجَ الزَّكَاةِ مِنْ كُلِّ مَا أَنْبَتَتْهُ الْأَرْضُ وَاجِبٌ قَلِيلًا كَانَ أَوْ كَثِيرًا وَظَاهِرُ الْآيَةِ يَدُلُّ عَلَى قَوْلِهِ إِلَّا أَنَّ مُخَالِفِيهِ خَصَّصُوا هَذَا الْعُمُومَ بِقَوْلِهِ ﷺ: «لَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسَةِ أَوْسُقٍ صَدَقَةٌ» .

الْمَسْأَلَةُ الثَّانِيَةُ: اخْتَلَفُوا فِي الْمُرَادِ بِالطَّيِّبِ فِي هَذِهِ الْآيَةِ عَلَى قَوْلَيْنِ: الْقَوْلُ الْأَوَّلُ: أَنَّهُ الْجَيِّدُ مِنَ الْمَالِ دُونَ الرَّدِيءِ، فَأَطْلَقَ لَفْظَ الطَّيِّبِ عَلَى الْجَيِّدِ عَلَى سَبِيلِ الِاسْتِعَارَةِ، وَعَلَى هَذَا التَّفْسِيرِ فَالْمُرَادُ مِنَ الْخَبِيثِ الْمَذْكُورِ فِي هَذِهِ الْآيَةِ الرَّدِيءُ. وَالْقَوْلُ الثَّانِي: وَهُوَ قَوْلُ ابْنِ مَسْعُودٍ وَمُجَاهِدٍ: أَنَّ الطَّيِّبَ هُوَ الْحَلَّالُ، وَالْخَبِيثَ هُوَ الْحَرَامُ

تفسير الرازي = مفاتيح الغيب أو التفسير الكبير ج ٧ ص٥٣—   الفخر الرازي (ت ٦٠٦)

Permasalahan pertama, zahir ayat ini menunjukkan wajibnya zakat pada seluruh harta yg diusahakan oleh manusia, maka masuk di dalamnya zakat perdagangan (tijarah), zakat emas dan perak, dan zakat hewan ternak. Dzahir ayat ini juga menunjukkan atas wajibnya zakat terhadap segala sesuatu yg ditumbuhkan oleh tanah. Berdasarkan keterangan Imam Abu Hanifah bahwa beliau berpegang pada zahir ayat, namun terdapat ulama yg berbeda pendapat dengan beliau, bahwa mereka mengkhususkan keumuman lafaz ومما اخرجنا لكم من الارض dengan sabda nabi ليس في الخضروات صدقة “tidak ada zakat pada sayur-sayuran”. Mazhab Imam Abu Hanifah juga berpendapat bahwa dikeluarkannya zakat dari seluruh yg tumbuh dimuka bumi hukumnya wajib, baik sedikit ataupun banyak. Namun, terdapat ulama yang berbeda pendapat dengan beliau, mereka berpegang pada sabda nabi ليس فيما دون خمسة اوسق صدقة “tidak ada zakat pada hasil tanaman yang kurang dari 5 wasaq=9 kwintal”.

Permasalahan kedua, ulama berbeda pendapat dengan yang dimaksud kata at-thayyib. Pada pendapat pertama, makna at-thayyib adalah yang bagus (jayyid) dari harta bukan yang buruk/ jelek, maka kaul pertama memutlakkan kata at-thayyib dengan makna bagus (jayyid) berdasarkan jalan isti'arah (peminjaman kata: yakni kata at-thayyib yg artinya baik, merupakan kata pinjaman dari kata ­jayyid yg artinya bagus). Oleh sebab itu berdasarkan penafsiran ini, maka yang dikehendaki dari kata khabis dalam ayat ini adalah buruk/jelek. Pendapat kedua berasal dari kaul Imam Ibnu Mas'ud dan Mujahid, bahwasannya kata at-thayyib adalah halal dan khabis adalah haram.

Tambahan:

Menurut Yusuf Al-Qardhawi , مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُم bermakna profesi atau pekerjaan.  Syaikh Muhammad al-Ghazali berpendapat bahwa orang yang bekerja dengan penghasilan yang melebihi petani wajib mengeluarkan zakat. Hal ini mengindikasikan bahwa zakatnya gaji dikiaskan dengan zakat pertanian.

إنّ مَنْ دَخْلُهُ لَا يَقِلُّ عَنْ دَخْلِ الْفَلَّاحِ الَّذِي تَجِبُ عَلَيْهِ الزَّكَاةُ يَجِبُ أَنْ يُخْرِجَ زَكَاةً؛ فَالطَّبِيْبُ، وَالْمَحَامِي، وَالْمُهَنْدِسُ، وَالصَّانِعُ، وَطَوَائِفُ الْمُحْتَرِفِيْنَ وَالْمُوَظَّفِيْنَ وَأَشْبَاهُهُمْ تَجِبُ عَلَيْهِمُ الزَّكَاةُ، وَلَابُدَّ أَنْ تُخْرَجَ مِنْ دَخْلِهِمْ الكَبِيْرِ

الإسلام وأوضاعنا الإقتصادية، مصر-دار النهضة، الطبعة الأولى، ج ١ ص ١١٨  __محمد الغزالي

“Sesungguhnya orang yang penghasilannya tidak kurang dari petani maka ia wajib mengeluarkan zakat. Seperti halnya dokter, pengacara, insinyur, pengrajin, para pekerja professional, karyawan, dan sejenisnya, zakat wajib bagi mereka. Zakat harus dikeluarkan dari pendapatan mereka yang besar”.

Sedangkan Dr. Yusuf Al-Qardlawi berkesimpulan bahwa gaji diterima dari setiap pekerjaan atau keahlian profesi tertentu yang halal wajib di zakati. Hal ini disamakan dengan zakat al-mal al-mustafad (zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesional yang halal dan sudah mencapai nishab, baik yang dilakukan sendirian maupun bersama dengan orang/lembaga lain).

فَالتَّكْيِيْفُ الفِقْهِيُّ الصَّحِيْحُ لِهَذَا الْكَسْبِ أَنَّهُ مَالٌ مُسْتَفَادٌ

فقه الزكاة، بيروت-مؤسسة الرسالة، ط 3، ١٣٩٣هـ/١٩٨٣ م، ج ١ ص ٤٩٠__يوسف القرضاوي

“Zakat diambil dari gaji atau sejenisnya. Maka aturan fiqh yang shahih terhadap penghasilan ini adalah mal mustafad”. Nishab gaji sama dengan nishabnya uang, yakni setara dengan nilai 85 gram emas. Demikian ini karena banyak orang yang memperoleh gaji dan pendapatan dalam bentuk uang. Zakat tersebut diambil dari gaji atau pendapat bersih. Zakat gaji tidak disyaratkan adanya haul, tetapi zakatnya harus ditunaikan sebesar 2,5 % ketika gaji itu diterima. Sedangkan Imam Syafi’i mewajibkan harus sampai pada satu haul.

Kenyataan yang ada pemerintah dan perusahaan mengatur gaji pegawainya berdasarkan ukuran tahun, meskipun dibayarkan perbulan karena kebutuhan pegawai yang mendesak. Berdasarkan hal itu zakat penghasilan bersih seorang pegawai dan golongan profesi dapat diambil dalam setahun penuh, jika pendapatan bersih mencapai satu nishab.

Dengan demikian, jika pendapatan bersih seorang pekerja selama setahun seperti dokter atau karyawan sebuah perusahaan atau pegawai pemerintahan mencapai nishab yang telah ditentukan, maka ia wajib mengeluarkan zakatnya. Sedangkan zakatnya dikeluarkan ketika menerima pendapatan tersebut. Contohnya jika seseorang selama setahun memperoleh pendapatan bersih sekitar 48 juta, dengan asumsi ia menerima pendapatan bersih setiap bulan 4 juta. Maka ia harus mengeluarkan zakat setiap bulannya 2,5 % dari 4 juta tersebut, yaitu sebesar 100 ribu. Jadi selama setahun ia mengeluarkan zakat sebesar 1,2 juta.

Penutup

Terdapat beberapa poin kesimpulan dari pembahasan di atas:

·           مِن طَيِّبَٰتِ مَا كَسَبْتُمْ sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik”.

Berdasarkan zahir ayat terdapat ulama yang mengatakan bahwa lafaz ini bermakna zakat perdagangan, zakat peternakan, zakat pertanian, zakat emas dan perak, dan juga zakat profesi. Namun, untuk zakat profesi terjadi perbedaan pendapat. Imam Syafi’i berpendapat kewajiban zakat profesi yakni satu haul dan sampai satu nisab (85 gram emas). Sedangkan selain Imam Syafi’i berpendapat bahwa tidak wajib satu haul, namun harus sampai satu nisab.

·                وَمِمَّآ أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu”.

Bermakna biji-bijian, buah-buahan, dan barang-barang tambang.

·          وَلَا تَيَمَّمُوا۟ ٱلْخَبِيثَ janganlah kamu memilih yang buruk”.

Lafaz ini berkaitan dengan lafaz at-thayyib. Sebagian ulama ada yang memberikan makna at-thayyib dengan makna baik, dengan begitu ­al-khabis bermakna buruk. Namun ada juga yang berpendat bahwa at-thayyib bermakna halal, maka al-khabis bermakna haram.  

Dengan demikian, ayat ini menjelaskan lima macam zakat, yang secara garis besar masuk dalam kategori zakat mal (harta).

Daftar Pustaka

القرآن العظيم

ابن كثير أبو الفداء إسماعيل بن عمر(ت ٧٧٤ هـ): تفسير القرآن العظيم  المحقق: سامي بن محمد السلامة  دار طيبة ط ٢ ١٩٩٩ م.

الرازي الفخر (ت ٦٠٦) :تفسير الرازي دار إحياء التراث العربي يروت ج ٧ ط ٣ ج ٧ ١٤٢٠ هـ.

الغزالي محمد: الإسلام وأوضاعنا الإقتصادية دار النهضة مصر ط ١ ج ١.

القرضاوي يوسف :فقه الزكاة، مؤسسة الرسالة بيروت ط ٣ ج ١ ١٩٨٣ م.

بن محمد عمر بن عبد الرحمن : إرشاد الأنام إلى أصول ومهمات دين الإسلام دار أضواء المصرية ٢٠٢٢ م.

بن الحسين أبو عبد الله محمد بن عمر بن الحسن (ت ٦٠٦هـ) دار إحياء التراث العربي بيروت ط ٣ ١٤٢٠ هـ.

نووي محمد بن عمر (ت ١٣١٦هـ) : مراح لبيد لكشف معنى القرآن المجيد المحقق: محمد أمين الصناوي دار الكتب العلمية بيروت ط ١ ١٤١٧ هـ.

Penulis: Yayik
Santri Asrama Al-Hikmah, Pondok Pesantren Wahid Hasyim, Yogyakarta.

Posting Komentar

0 Komentar