Ad Code

Responsive Advertisement

Seni Berbicara yang Bijaksana: Menggali Makna dan Pentingnya Menjaga Ucapan Melalui Lensa Hadis


Manusia dilahirkan dengan membawa fitrahnya masing-masing, salah satu bentuk fitrah (kesuciannya) yaitu komunikasi. Melalui komunikasi manusia dapat mengekspresikan dirinya serta dapat membentuk jaringan interaksi sosial. Komunikasi memang sangat penting sekali dalam kehidupan, karena dengan berkomunikasi akan membentuk sebuah interaksi sosial dengan sesama. Hal ini membuat manusia tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya, karena mempunyai banyak relasi  yang bisa membantu. Namun berbeda dengan seseorang yang pasif dalam berkomunikasi, mereka ketika mengalami kesulitan akan susah mendapatkan bantuan, karena kurangnya relasi dalam kehidupan.

 Di samping komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan, dalam komunikasi juga mempunyai etika berbicara. Seni berbicara yang baik adalah yang efektif, efisien, serta dapat mengontrol apa yang diucapkan sehingga bisa memberi kemaslahatan bagi semua orang. Sebuah ucapan dalam berkomunikasi dapat memberikan dampak positif dan negatif. Terkadang dampak negatif yang ditimbulkan dari ucapan/perkataan seseorang, karena tidak bisa mengontrol ucapannya, dapat menyebabkan kebencian, permusuhan, pertikaian, dan lain sebagainya. Hal tersebut terjadi karena ucapan yang tidak beretika.

Sebelum membahas lebih lanjut maka kita ketahui terlebih dahulu mengenai hakikat komunikasi. Menurut Muhammad Mufid (Darussalam, 2019), hakikat komunikasi yaitu sebuah ekspresi yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup seseorang berdasarkan isi hati dan pikirannya. Seseorang yang mempunyai etika berbicara dalam sebuah komunikasi, tentu dapat mempengaruhi pendengarnya tanpa adanya rasa bosan meskipun pembicaraan berlangsung lama. Di sisi lain, sebuah ucapan yang tidak bisa dijaga akan berakibat fatal. Faktanya tidak sedikit hal buruk yang terjadi, karena disebabkan ucapan yang kotor atau buruk dari seseorang.

 Hal-hal tersebut bisa dihindari dengan pemahaman melalui ajaran dari Alquran dan sunah. Sudah sepantasnya umat Islam mengikuti keteladanan Rasulullah saw. dalam berbagai aspek karena beliau menjadi uswatun hasanah bagi semesta alam. Telah banyak perintah dalam hadis nabi untuk menjaga lisannya ketika berbicara. Namun faktanya, sekarang ini masih banyak seseorang yang tidak menyadari akan pentingnya menjaga ucapan, sehingga yang terjadi adalah hal buruk yang disebabkan lisan dalam berucap. Salah satu bahaya lisan yang tidak dijaga adalah menggunjing seseorang (Gery Hummamul Hafid, 2022). Dalam sebuah perkumpulan, tanpa disadari selalu ada saja orang yang membicarakan keburukan orang lain. Maka dari itu lisan harus dijaga dan ketika mengucapkan sesuatu, harus berhati-hati karena ketika lisan tidak dikontrol, dapat menyebabkan sakit hati atau menyinggung perasaan orang lain.

Rasulullah saw. sebagai suri tauladan yang baik telah memberikan ajaran kepada umatnya untuk menjaga ucapannya. Banyak perintah untuk menjaga ucapan beserta ancaman, bagi yang tidak bisa mengontrol lisannya. Semua hal itu tertuang dalam riwayat Bukhāri nomor 5559 yang berbunyi sebagai berikut:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Telah menceritakan kepada kami, Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami, Abu Al Ahwash, dari Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa berimana kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam."

Dalam riwayat Muslim no. 2988 disebutkan:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat." (HR. Muslim no. 2988).

Hadits  riwayat Malik Nomor 1563 berbunyi sebagai berikut:

و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا فِي الْجَنَّةِ

Telah menceritakan kepadaku, Malik, dari Abdullah bin Dinar, dari Abu Shalih As-Samman, ia mengabarkan kepadanya, bahwa Abu Hurairah berkata, "Sungguh seorang laki-laki akan mengatakan satu kalimat yang ia anggap remeh, namun justru memasukkannya ke dalam neraka Jahannam. Dan sungguh seorang laki-laki akan mengatakan satu kalimat yang ia anggap remeh, namun justru kalimat tersebut memasukkannya ke dalam surga."

Begitu pentingnya menjaga ucapan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam hadis nabi banyak mencantumkan matan mengenai menjaga lisan. Rasulullah saw. telah mencontohkan dengan kelembutan dan kesantunan beliau dalam berkomunikasi, sehingga lawan komunikasinya merasa dimuliakan (Hakis, 2020).

Semenjak memasuki era reformasi, masyarakat Indonesia telah berada pada suasana euforia, sehingga mereka merasa bebas bicara tentang apa saja, dengan siapa saja, dan dengan cara bagaimana pun. Hal ini terjadi setelah kehilangan kebebasan berbicara pada masa orde baru selama 32 tahun (Dahlan, 2014). Dalam berbicara harus menggunakan adab dan tutur kata yang baik. Jangan sampai bahasa yang dikeluarkan ketus, nyelekik, kotor dan menimbulkan sakit hati lawan bicaranya.

Apalagi dalam era globalisasi sekarang, kehidupan ala industri 4.0 suka atau tidaknya telah mengubah konektivitas sosial. Generasi milenial mempunyai cara yang berbeda untuk merespons perkembangan digital (Aulia, 2022). Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju telah mengubah komunikasi seseorang. Komunikasi tidak hanya dilakukan secara tatap muka saja, namun juga bisa dilakukan secara virtual. Maka dari itu, ketika berbicara atau berkomunikasi, baik secara langsung maupun virtual, tetap harus menggunakan adab, karena tidak sedikit dampak negatif yang ditimbulkan dari ucapan yang buruk.

Catatan : Menjaga lisan patut diperhatikan dan menjadi renungan agar berhati-hati dalam berbicara, menjaga lidah bukan suatu perkara yang mudah, apalagi ketika seseorang sedang dikuasai oleh amarah. Jika tidak bisa menguasai amarah, lidah yang tidak bertulang bisa mengeluarkan ucapan yang tidak baik, bahkan berupa sumpah serapah yang dapat menyinggung perasaan orang lain, dan bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri atas ucapannya yang tidak dijaga.

 

BIBLIOGRAFI 

Aulia, S. (2022). Komunikasi Anak Muda untuk Perubahan Sosial. (N. P. Gregorius Genep Sukendro, Penyunt.) Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dahlan, M. S. (2014, Juni 1). Etika Komunikasi Dalam Al-Qur''an Dan Hadis. Jurnal Dakwah Tabligh, 15, 115-123.

Darussalam, N. L. (2019, September). Etika Berkomunikasi Perspektif Hadis. Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, 99-108.

Gery Hummamul Hafid, M. (2022). Perintah Menjaga Lisan dalam Perspektif Hadis. Gunung Djati Conference Series, 16, 270-278.

Hakis. (2020, Juli 1). Adab Bicara Dalam Perspektif Komunikasi Islam. Jurnal Mercusuar, 1, 43-68.

Penulis: Alfina Khairunisa
Santri Asrama Al-Hikmah, Pondok Pesantren Wahid Hasyim, Yogyakarta.

Posting Komentar

0 Komentar