Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam memiliki peran penting dalam mengembangkan corak baru keislaman yang inklusif. Corak keislaman yang inklusif ini dipengaruhi oleh masuknya agama Islam ke Indonesia yang tidak melalui jalur peperangan, tetapi melalui jalur pena atau jalur perdagangan. Perdagangan yang berkembang di wilayah Nusantara membawa masuknya ajaran Islam dari para pedagang Muslim yang datang dari Arab, Persia, dan India. Hubungan perdagangan yang erat memungkinkan pertukaran budaya, termasuk ajaran agama. Jalur perdagangan inilah yang mempengaruhi cara Islam berkembang di Indonesia dan memberikan corak yang berbeda dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya.
Islam yang inklusif adalah pendekatan dalam memahami dan mengamalkan Islam yang menerima dan menghormati keberagaman, serta mendorong kesetaraan dan persaudaraan di antara umat manusia tanpa memandang perbedaan agama, etnis, atau latar belakang sosial. Islam yang inklusif menekankan pada nilai-nilai universal seperti keadilan, kedamaian, kerja sama, dan saling menghormati, juga mengakui keberagaman interpretasi dan pemahaman dalam agama. Ini memungkinkan ruang untuk menerima perbedaan pandangan dan pendapat dalam rangka mencapai pemahaman yang lebih kaya dan menyeluruh tentang agama. Islam yang inklusif juga adalah Islam yang mau mengambil peranan dalam kemajuan peradaban.
Dalam konteks inklusivitas, penting untuk menghargai perspektif-perspektif yang berbeda dan berdialog dengan saling menghormati, Islam yang inklusif berusaha menghapuskan diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan atas dasar agama. Hal ini melibatkan upaya untuk membangun jembatan antara komunitas Muslim dan komunitas diluar agama Islam, mendorong dialog antaragama, dan berkolaborasi dalam isu-isu kemanusiaan yang melintasi batas agama.
Santri memainkan peran yang penting dalam mendorong inklusivitas dalam Islam. Di pesantren, santri dididik untuk menjadi mukmin sejati, memiliki pribadi yang berintegritas kuat, mandiri, dan memiliki kualitas intelektual yang tinggi. Dengan demikian, diharapkan bahwa seorang santri akan menjadi contoh teladan dalam masyarakat. Mereka didorong untuk menjadi panutan dalam masyarakat, membawa pesan damai, dan berkontribusi secara positif dalam memperkuat citra Islam yang inklusif dan harmonis di Indonesia.
Dalam memainkan peran guna mendorong inklusivitas Islam, literasi memainkan peran yang sangat penting bagi santri. Literasi adalah kemampuan dalam membaca, memahami, menafsirkan, dan mengomunikasikan informasi yang terkandung dalam berbagai teks. Melalui literasi, santri dapat mengembangkan pemahaman yang baik dalam mempelajari teks-teks, baik itu dalam bidang agama maupun bidang umum atau sains.
Pemahaman teks-teks agama memberikan dasar yang kuat bagi santri untuk memahami ajaran Islam secara mendalam dan autentik. Dengan kemampuan literasi yang baik, mereka dapat membaca dan memahami Al-Qur'an, hadis, tafsir, dan literatur keagamaan lainnya dengan lebih cermat. Hal ini memungkinkan santri untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang nilai-nilai Islam yang inklusif dan menjadikannya sebagai landasan dalam berinteraksi dengan masyarakat luas.
Selain teks-teks agama, literasi juga penting dalam mempelajari teks-teks dalam bidang umum atau sains. Melalui literasi, santri dapat membaca dan memahami berbagai konteks permasalahan dalam masyarakat, termasuk isu-isu sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan. Literasi memungkinkan santri untuk menggali pengetahuan lebih lanjut, menafsirkan informasi dengan bijak, dan berpartisipasi dalam diskusi dan solusi yang inklusif. Santri yang memiliki literasi yang baik akan mampu menghubungkan pemahaman agama Islam dengan realitas sosial yang kompleks, serta membawa perspektif inklusif dalam menjawab tantangan dan membangun keharmonisan dalam masyarakat.
Selain itu, literasi juga membantu santri dalam berkomunikasi secara efektif. Mereka dapat menyampaikan pesan-pesan Islam yang inklusif dengan jelas dan persuasif kepada masyarakat luas. Literasi juga membuka peluang bagi santri untuk menulis, berbagi pemikiran, dan mengungkapkan pandangan mereka dalam bentuk tulisan. Dengan literasi yang baik, santri dapat menjadi agen perubahan yang aktif dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang inklusif melalui media, publikasi, atau platform online. Dengan menggabungkan literasi dengan pemahaman yang baik terhadap teks-teks agama dan konteks sosial, santri dapat memainkan peran yang signifikan dalam mendorong inklusivitas Islam. Literasi memberikan alat yang kuat bagi mereka untuk memahami, menganalisis, dan berinteraksi dengan berbagai teks, serta mempromosikan pemahaman yang inklusif, harmonis, dan toleran dalam masyarakat yang semakin plural dan kompleks.
Keterampilan berpikir kritis yang diperoleh melalui literasi memungkinkan santri untuk menganalisis berbagai pemahaman dan interpretasi terhadap ajaran Islam. Santri dapat mempertanyakan, mengevaluasi, dan membandingkan berbagai sudut pandang untuk memperoleh pemahaman yang lebih holistik dan inklusif. Dengan berpikir kritis, santri dapat menghindari pemahaman dogmatis dan membuka diri terhadap perspektif-perspektif yang berbeda. Literasi yang baik memungkinkan santri untuk menyampaikan pemikiran dan pandangan mereka dengan jelas dan terstruktur. Dengan literasi Santri dapat mengembangkan pemahaman Islam yang moderat, memahami prinsip-prinsip keberagaman, dan menyuarakan perdamaian dan kerukunan di tengah masyarakat.
Maka dari itu, literasi merupakan landasan utama dalam membangun corak baru keislaman yang inklusif. Melalui literasi, santri dapat memperoleh pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam yang inklusif dan memahami konteksnya. Mereka dapat mempelajari teks-teks agama, karya-karya literatur Islam, dan pemikiran-pemikiran ulama yang mendorong inklusi, toleransi, dan saling menghormati. Dengan pemahaman yang mendalam, santri dapat membedakan antara ajaran yang inklusif dengan pandangan sempit atau radikal.
Bukan hanya literasi yang menjadi peranan penting dalam menyokong santri untuk mengembangkan Inklusivitas Islam di Indonesia, budaya dan kearifan lokal juga menjadi sumber daya penting dalam membangun keislaman yang inklusif. Dalam hal ini santri memiliki kesempatan untuk menggali, memperkaya, dan mempertahankan nilai-nilai budaya dan tradisi lokal yang sejalan dengan ajaran Islam. Dalam konteks keberagaman Indonesia, santri dapat menggabungkan nilai-nilai agama dengan nilai-nilai budaya lokal, menciptakan harmoni antara agama dan kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempraktikkan kearifan lokal yang inklusif, santri berperan dalam melestarikan warisan budaya Indonesia dan membangun jembatan yang kuat antara umat Islam dengan masyarakat luas.
Sebagai agen perubahan, santri memiliki potensi besar untuk menyebarkan pemahaman inklusif kepada masyarakat luas. Dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimiliki, santri dapat berperan aktif dalam membangun kerukunan umat beragama. Mereka dapat terlibat dalam dialog antarumat beragama, memperkuat toleransi, dan mempromosikan keberagaman sebagai kekayaan Indonesia. Melalui praktik keislaman yang inklusif dan harmonis, santri membentuk citra positif tentang Islam, mengatasi stereotip negatif, dan memberikan kontribusi yang berarti dalam membangun masyarakat yang inklusif dan adil.
Dalam era globalisasi dan tantangan perubahan sosial yang terus berkembang, peran santri dalam membangun corak baru keislaman yang inklusif di Indonesia sangat penting. Melalui literasi, budaya, dan kearifan lokal, santri dapat memperkaya pemahaman mereka tentang Islam dan mengembangkan praktik keislaman yang inklusif serta harmonis. Sebagai agen perubahan, santri memiliki potensi untuk menyebarkan pemahaman inklusif kepada masyarakat luas, membangun kerukunan umat beragama, dan menjaga keberagaman sebagai kekayaan Indonesia.
Penulis: Alifiya Aziza
Santriwati Asrama Al-Hikmah, Pondok Pesantren Wahid Hasyim, Yogyakarta.
0 Komentar