Sebagian orang menganggap bahwa kegiatan politik tidak pantas dilakukan oleh komunitas keagamaan, terutama oleh masyarakat pesantren. Alasannya ada dua, yaitu kegiatan politik dianggap mengganggu agenda utama pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan, serta adanya kekhawatiran bahwa masyarakat pesantren akan melakukan politik identitas.
Tentu kedua alasan di atas hanyalah asumsi. Karena bagaimanapun, persoalan ini akan bergantung pada profesionalitas masing-masing individu dalam menjalankan kegiatan politiknya. Siapa saja dapat lalai terhadap tugas utamanya, bukan hanya masyarakat pesantren. Siapa saja juga berpeluang melakukan politik identitas, tidak hanya masyarakat pesantren. Di satu sisi, ikut serta dalam berpolitik adalah hak setiap warga negara yang telah memenuhi syarat, termasuk juga masyarakat pesantren, yang dalam hal ini berarti santri, keluarga ndalem, alumni, dan pengurusnya.
Meski demikian, keikutsertaan masyarakat pesantren selama ini dalam urusan politik, terutama politik praktis, tentu patut ditinjau urgensinya. Apakah memang politik negeri ini, melalui politik praktis, membutuhkan campur tangan masyarakat pesantren? Atau justru masyarakat pesantrenlah yang butuh menguasai panggung politik? Pada kesempatan kali ini, redaktur kami yaitu Ahmad Dafa, telah melakukan wawancara bersama Bapak Farkhan Sa’di, S.E.I. sebagai upaya menjawab pertanyaan di atas. Berikut adalah petikan wawancaranya.
oOo
Sepenting apakah keikutsertaan masyarakat pesantren dalam politik praktis?
Meskipun tidak secara fulgar, pesantren harus menjadi sentralisasi pergerakan politik. Karena kaitannya dengan kondisi bangsa yang saat ini membutuhkan peran para santri, sebagai komunitas yang menjaga eksistensi negara. Dalam hal menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, santri menjadi komoditas utamanya, dan hal ini perlu diperjuangkan melalui jalan politik.
Mengapa harus masyarakat pesantren dan bukan pihak lain?
Kenapa harus pesantren? Pertama, istilah pesantren secara umum dimiliki oleh Nahdlotul Ulama. Ya sekarang terbukti Nahdlotul Ulama itu memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas keamanan bangsa. Kalau masyarakat umum yang berkaitan dengan organisasi di luar pesantren, yang berafiliasi dengan Nahdlotul Ulama, insyaallah bisa menjadi pusat sentralisasi.
Tapi jika organisasi umum, kita harus menakar dulu sebarapa kuat kapasitas organisasi itu sendiri, yang tentunya organisasi itu harus menggandeng organisasi-organisasi besar seperti NU dan Muhammadiyah. Itu baru mereka mempunyai kekuatan. Tapi kalau organisasi kecil saya kira berat.
Ada anggapan bahwa warga pesantren seharusnya tidak ikut dalam politik praktis, bagaimana tanggapan anda?
Menurut saya itu kurang tepat. Karena kebijakan politik itu sangat jelas akan membawa pengaruh ke kebijakan pesantren, itu pasti. Oleh karenanya pesantren harus berperan aktif, meskipun lewat belakang, tidak secara langsung atau fulgar.
Apa latar belakang anda sampai memutuskan untuk terjun ke dunia politik?
Kalau yang melatarbelakangi saya, itu yang jelas saya mendapat mandat dari para sesepuh dan guru-guru saya, itu yang pertama. Yang kedua, adalah wujud keprihatinan saya terhadap masyarakat yang selama ini kurang dapat mengakses program-program yang dibuat anggota dewan.
Lalu saya melihat kondisi generasi muda saat ini mengalami krisis moral, tentu ini menjadi PR besar bagi tokoh-tokoh ulama. Terutama paham-paham radikalisme yang masuk ke dalam pemahaman mereka. Ini harus segera kita counter, karena itu akan membahayakan generasi-generasi selanjutnya. Bahkan itu akan mengikis rasa nasionalisme. Oleh karena itu saya bertekad, nawaitu bismillah, menggandeng anak-anak generasi muda ini agar tidak terkontaminasi paham radikalisme.
Caranya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat menebalkan rasa nasionalisme. Mungkin kita akan baksos rasa nasionalisme. Kita juga akan mengadakan kegiatan rutin, 2 bulan sekali, atau triwulan. Nanti kita adakan semacam penataran kaitannya dengan kebangsaan ini. Caranya yaitu bekerja sama denganTNI dan polri, untuk mengadakan kegiatan yang dapat menambah semangat nasionalisme untuk anak-anak bangsa. Dari sisi keagamaan juga, nanti kita akan adakan acara mujahadah atau pengajian akbar, kegiatan hadrah, dan lain sebagainya.
Di luar visi dan misi partai, apa yang ingin bapak lakukan ketika terpilih sebagai dewan legislatif?
Pada dasarnya sama, PPP itu membangun bangsa membangun negeri, begitupun saya. Saya akan membangun bangsa dan membangun negeri melalui pembangunan karakter. Jadi bangsa ini kalau sudah memiliki karakter yang baik, insyaallah semuanya akan berjalan dengan baik. Sebab susunan dari strata kebangsaan dan kenegaraan yang baik, semuanya bergantung pada pembangunan karakternya. Jadi tidak hanya berdasar kepada agama.
Sekarang banak sekali orang yang hanya menganggap agama saja yang memiliki peran penting, tetapi nyatanya karakter dari pribadi seseorang juga punya peranan yang penting. Kita ambil contoh saja di negara-negara Islam, yang mereka sesama islam saja berperang. Kita bisa menilai bahwa mereka tidak memiliki akhlakul karimah, karakter yang baik.
Mereka beragama Islam, agamanya sama, kitabnya sama, Nabinya sama, tapi mereka saling berperang. Bagi saya, yang melandasi persoalan ini adalah adalah krisis akhlakul karimah, mereka tidak mempunyai karakter yang baik. Coba bandingkan dengan negara lain, misalnya negara jepang. Jepang itu mayoritas tidak beragama islam, tapi mereka memiliki akhlakul karimah, memiliki karakter yang baik. Oleh karena itu iman saja tidak cukup, tetapi karakter juga harus dibangun.
Sejauh ini, seberapa besar dukungan warga sekitar ketika mendengar ide pencalonan bapak?
Insyaallah kalau keluarga semuanya mendukung, kalau dari masyarakat insyaallah banyak yang mendukung. Karena saya tidak mengedepankan egoisme dan idealisme partai politik. Yang saya kedepankan itu, adalah membangun karakter masyarakat agar terhindar dari paham-paham radikalisme, serta membangun masyarakat yang sadar politik. Itu yang selalu saya tekankan kepada masyarakat.
Apa harapan bapak pada masyarakat pesantren dalam menyikapi tahun politik 2024 nanti, apakah bapak memiliki pesan khusus?
Kalau pesan saya, santri di manapun berada harus berperan aktif dalam dunia politik. Baik secara langsung maupun tidak. Karena kebjakan politik akan mempengaruhi kehidupan masyarakat pesantren, dan kehidupan masyarakat pada umumnya, serta mempengaruhi stabilitas nasional juga. Santri mempunya peranan yang utama dalam hal ini. Oleh karena itu di manapun berada, monggo, santri dan temen-temen pergerakan, khususnya ahlussunnah wal jamaah, mari kita jaga stabilitas nasional ini dengan cara berperan aktif dalam politik.
Farkhan Sa’di, S.E.I.,
Keluarga Pondok Pesantren Wahid Hasyim
Yogyakarta, sekaligus Caleg DPRD PPP Dapil IV Sleman Yogyakarta.
0 Komentar