SYUKUR DALAM TINJAUAN PSIKOLOGI: BAGAIMANA
RASA TERIMA KASIH MEMPENGARUHI OTAK DAN JIWA
Oleh :
Alfina Khairunisa
Dalam kehidupan manusia rasa syukur merupakan bagian yang signifikan karena hal ini tidak hanya memiliki nilai moral dan spiritual, namun juga berkaitan dengan psikologis dalam diri seseorang yang bisa mempengaruhi otak serta jiwanya. Syukur merupakan bentuk dari suatu terima kasih yang kelihatannya menjadi suatu hal sederhana namun sulit untuk diterapkan. Dalam dunia psikologi rasa syukur itu di definisikan sebagai suatu respons emosional positif yang dirasakan ketika memberi atau menerima suatu manfaat dari seseorang. Namun disamping itu bersyukur bukan hanya menjadi ungkapan terima kasih atas segala sesuatu yang diberikan Tuhan, tetapi lebih kepada sikap batin yang melahirkan sebuah kesadaran betapa banyaknya limpahan nikmat Allah dan juga hati yang penuh dengan rasa syukur yang dalam.
Dalam Alquran dan hadis telah memberikan pemahaman umum mengenai konsep syukur. Namun disamping itu konsep syukur juga perlu dipahami dari sisi psikologinya untuk mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan dari rasa syukur terhadap jiwa seseorang. Hal ini perlu diteliti agar meningkatkan suatu pemahaman dalam diri seseorang mengenai pentingnya syukur serta dampak yang dihasilkan. Memang rasa syukur itu terlihat sederhana dan mudah untuk dilakukan, tetapi hal itu tidak semua orang bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rasa syukur bisa diterapkan dengan adanya sebuah latihan yang kemudian dibiasakan.
Saking pentignya rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari hingga dalam dua pokok sumber hukum Islam yaitu Alquran dan Hadis banyak membahasanya. Salah satu ayat Alquran yang membahas mengenai syukur terdapat pada Firman Allah SWT. surah Al-Baqarah ayat 152 :
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِࣖ
Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.
Kemudian dalam hadis Rasulullah SAW. juga membahas mengenai syukur yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud No. 4177. Berikut hadisnya:
حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ
Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Ar Rabi' bin Muslim dari Muhammad bin Ziyad dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Tidak dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia." (HR. Abu Daud No. 4177).
Perlu dipahami bahwa konsep syukur dalam psikologi Islam yang berlandaskan kitab suci Alquran dan psikologi positif memang berbeda. Syukur dalam perspektif psikologi positif mengarah pada sebuah perasaan atau emosi positif yang dapat mendorong seseorang untuk berbagi kepada sesama baik itu sebagai suatu bentuk penghargaan maupun apresiasi atas kerja keras yang sudah dilakukan. Kajian mengenai syukur dalam psikologi positif dilakukan pertama kali oleh Robert A. Emmons dan Michael E. McCullough yang berusaha untuk mencari suatu energi positif atau kekuatan yang terdapat dalam jiwa seseorang yang mempunyai rasa syukur. Dalam psikologi positif syukur atau gratitude bisa diartikan sebagai sebuah rasa takjub, penuh dengan rasa terimakasih, serta sebuah penghargaan terhadap nikmat kehidupan. Dalam psikologi qur’ani syukur menjadi maqam tasawuf yang mempunyai pengaruh besar terhadap pribadi seorang muslim yang berjiwa sosial. Sementara itu, dalam psikologi positif seseorang yang kuat tradisi bersyukur kepada Sang Pencipta mempunyai suatu kemampuan dapat menyelami jiwa dan juga batin orang lain dengan penuh empatik.
Rasa syukur harus dilatih dan dibiasakan sedari dini karena mengingat dampaknya yang luar biasa bagi setiap individu. Syukur tidak hanya bermanfaat bagi sisi spiritual saja, namun juga berkaitan dengan jiwa seseorang. Dalam perspektif psikologi Islam syukur mempunyai peran penting untuk meningkatkan kesehatan mental serta kebahagiaan dalam jiwa setiap insan Rasa syukur juga dapat mempengaruhi otak seseorang. Telah menunjukkan dalam sebuah penelitian mengenai dampak syukur pada otak yaitu bahwasannya pada tingkat otak, sebuah penilaian moral yang berkaitan dengan perasaan bersyukur telah muncul pada korteks temporal anterior kanan. Dan ternyata orang yang dapat mengungkapkan dan merasakan rasa syukur mempunyai sebuah volume materi abu-abu dengan tingkatan lebih tinggi pada gyrus temporal interior kanan. Rasa syukur dapat mempengaruhi otak seseorang. Rasa syukur juga bisa di implementasikan dengan sebuah isyarat atau sebuah kata-kata baik yang kita terima atau kita ucapkan kepada orang lain. Tetapi sebuah ucapan terima kasih yang keluar dari mulut setiap orang mempunyai dampak besar bagi fungsi biologis terutama pada otak dan sistem saraf. Perlu diketahui juga rasa syukur juga bisa berdampak signifikan kepada fungsi tubuh seseorang serta psikologis atau keadaan jiwa seperti kecemasan, depresi dan juga stres.
Syukur juga bisa dilakukan sebagai terapi kesehatan mental. Pada dasarnya kesehatan mental menjadi suatu problem kesehatan dunia yang memang butuh penanganan efektif. Gangguan kesehatan mental terjadi karena pada umumnya seseorang tidak bisa mengatasi tekanan hidup yang dialami sehingga menyebabkan penghambatan produktifitas seseorang dalam kegiatannya sehari-hari. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan mental yaitu pemberian intervensi spiritual yang memang berfokus pada tubuh, pikiran serta jiwa. Hal itu semua bisa dilakukan dengan intervensi syukur. Intervensi syukur dapat membantu seseorang menyadari dan mengakui bahwa sejatinya segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini adalah bentuk Rahmat Allah. Syukur dapat mempengaruhi jiwa karena pada dasarnya dalam jiwa yang positif dapat memberikan perlindungan dalam diri seseorang dari gangguan mental, sehingga intervensi yang bisa menghasilkan sebuah emosi positif menjadi hal penting yang harus diberikan dan ada pada diri seseorang. Individu yang dapat bersyukur pada dasarnya dapat melihat sisi positif disetiap situasi dan kondisi dalam hidup sehingga bisa managemen stres dalam diri.
Rasa syukur dapat memberikan kebahagiaan dalam hidup setiap insan karena hal ini berkaitan dengan ketenangan jiwa. Alex Korb dalam bukunya Upward Spiral telah menyebutkan bahwasannya rasa syukur menarik kefokusan seseorang dalam melihat sisi yang positif dalam sebuah kehidupan. Ketika seseorang mengucapkan atau menerima ucapan terima kasih maka disitulah otak diarahkan untuk melihat sesuatu yang dimiliki sehingga menghasilkan sebuah kesadaran yang kuat. Dalam kajian psikologi Islam syukur dengan lisan, syukur dengan hati serta syukur dengan jasmani akan memberikan dampak kebahagiaan dan ketentraman jiwa pada setiap individu yang bisa menerapkan rasa syukur itu dalam kehidupannya.
Sumber:
Ningsih, E., Tohar, A. A., & Khairi, Z. (2024). Membangun Kepribadian
Bersyukur: Perspektif Psikologi Islam. Indoneisian Journal of Education and
Development Research, 2, 1256-1270.
Putri, P. R., Nurrahima , A., & Andriany, M. (2021). Efek Syukur
terhadap Kesehatan Mental: A Systematic Review. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 14,
58-66.
Takdir, M. (2017). Kekuatan Terapi Syukur dalam Membentuk Pribadi yang
Altruis: Perspektif Psikologi Qur'ani dan Psikologi Positif. Studia Insania,
5, 175-198.
Wantini, & Yakup, R. (2023). Konsep Syukur dalam Al-Quran dan Hadis
Perspektif Psikologi Islam. Jurnal Studia Insania, 11, 33-49.
0 Komentar