Cinta adalah salah satu fitrah yang diberikan Allah
kepada hamba-Nya, sehingga manusia mempunyai rasa cinta, dan menjadikan dirinya
sebagai seorang makhluk yang saling kasih mengasihi terhadap sesama
Cinta secara etimologis sendiri berasal dari
bahasa sangsekerta, yaitu “citta” yang mengandung arti, “selalu dipikirkan,
dikasihi, disenangi,” dari term tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia kata
cinta dapat diartikan: terpikat, suka sekali, sayang benar. Jadi definisi cinta
adalah suatu aktivitas seseorang terhadap sebuah objek di sekitarnya yang
dilakukan dengan bentuk kasih sayang, empati, perhatian, bahkan pengorbanan
penuh. Namun di samping itu, banyak ahli berpendapat bahwa konsep cinta itu memang
sulit dijelaskan secara rinci. Karena cinta berhubungan dengan emosi manusia,
bukan dengan sebuah logika.
Konsep cinta dalam pandangan Islam dapat dipahami
melalui Alquran maupun hadis Nabi saw. Dua sumber hukum Islam, yakni Alquran
dan hadis, telah banyak membahas mengenai hakikat cinta. Dalam Firman Allah Swt.
surah Ali-‘Imron ayat 31 dijelaskan sebagai berikut:
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ
اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٣١
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kemudian dijelaskan juga dalam Firman Allah Swt. surat At-Taubah ayat 24
sebagai berikut:
قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ
وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ ࣙاقْتَرَفْتُمُوْهَا
وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ
مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ
فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖۗ
وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَࣖ ٢٤
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu,
saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat
tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, dan daripada
berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”
Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.
Dalam hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari No. 12 juga membahas mengenai cinta:
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ
حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ
لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Yahya telah
menceritakan kepada kami, dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas r.a. dari Nabi
saw. dan dari Husan Al-Mu’allim, ia berkata, Qatadah telah menceritakan kepada
kami dari Anas dari Nabi saw., beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian
tidaklah sempurna imannya hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri.”
Imam Muslim juga meriwayatkannya sebagai berikut:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ
كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ وَمَنْ كَانَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ كَانَ أَنْ يُلْقَى فِى
النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ
أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ
Artinya: “Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang ia akan
mendapatkan manisnya iman, yakni orang yang mencintai seseorang tetapi tidak
mencintainya kecuali karena Allah. Orang yang menjadikan Allah dan rasul-Nya
lebih ia cintai dari selain keduanya, dan orang yang lebih dicinta dimasukkan
ke dalam neraka daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah
menyelamatkannya.” (HR Muslim)
Dari beberapa keterangan Alquran
dan hadis di atas, maka bisa dipahami
bahwa hakikat cinta dalam panadangan Islam sendiri sangatlah suci. Cinta memang
harus didasari sebuah kasih sayang dan bisa dibuktikan melalui perbuatan. Apa pun
yang dicintai di bumi ini memang harus di dasarkan karena Allah Swt, tidak baik
ketika mencintai sesuatu hanya karena nafsu.
Menurut Dr. Said Ramadhan,
cinta itu adalah kebergantungan hati kepada sebuah sesuatu, sehingga ketika
berada di dekatnya merasakan nyaman dan bila jauh akan merasakan gelisah
Kata cinta dalam alquran
biasa disebut dengan kata Hubb (Mahabbah), dan Wudda (Mawaddah), yang memiliki
arti senang, menyukai, menyayangi
Maha Kuasanya Allah yang
telah memberikan fitrah cinta kepada manusia sehingga Islam sendiri juga
sebagai agama yang penuh cinta. Maka dari hal tersebut sudah sepatutnya seorang
insan mengetahui apa hakikat cinta dalam islam, agar tidak salah dalam mengartikan
makna cinta yang sesungguhnya. Sebenarnya rumus sebuah cinta itu sangat
singkat. Ketika seseorang telah menemukan suatu hal, baik makhluk hidup maupun
barang yang kemudian menjadikannya rasa senang dan nyaman, maka seseorang telah
berhasil mencintai hal tersebut. Namun sebaliknya, ketika seseorang merasa
tidak suka, tidak nyaman terhadap sesuatu, dan bahkan sesuatu tersebut berdampak
pada rasa sakit hati, sehingga menimbulkan kebencian, maka hal itu tidak bisa dikatakan
cinta lagi.
Cinta juga bisa disebabkan
karena sebuah materi seperti pintar, cantik, tampan atau hal lainnya. Hal
tersebut sangat wajar, karena memang sebuah keindahan bisa mendatangkan rasa suka
terhadap apa pun itu. Selain karena sebuah materi, cinta juga bisa datang
karena satu frekuensi dengan seseorang, seperti orang tua, sahabat, maupun
lawan jenis. Namun sebenarnya siapa yang berhak dicintai menurut Islam? Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya yang berhak untuk
dicintai hanya Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah Swt.. Karena Allah yang
menciptakan rasa cinta, sesuatu yang ada di bumi yang telah Allah ciptakan ini
didasarkan atas cinta dari Allah Swt.. Maka ketika mencintai sesuatu baik
benda, materi, ataupun manusia, sudah selayaknya didasarkan cinta kepada Allah Swt..
Hal tersebut merupakan hakikat cinta yang sebenarnya.
BIBLIOGRAFI
H.
Jonsi Hunadar, H. R. (2022). Filsafat Cinta (Perspektif Ibnu Hazm El-Andalusy).
(H. Pasmawati, Penyunt.) Jakarta: Rumah Literasi Publishing.
Ibrahim, S. M. (2018). Cinta Dalam
Perspektif Alquran (Kajian Tafsir Khawatir Hawl Alquran Al-Karim Karya Asy-Sya'rawi).
Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IIQ), 4.
Melati Puspita Loka, E. R. (2019,
Januari). Konsep Cinta (Studi Banding Pemikiran Ibn Qayyim Al-Jauziyyah dan
Erich Fromm). Journal Syifa Al-Qulub 3, 72-84.
Santosa, N. E. (t.thn.). Selayang
Pandang Tentang Cinta dan Sufisme dalam Islam. 1-8.
Zakirah. (2020). Fiqih Cinta (Cara
Bijak Hukum Islam Menyemai Cinta dan Membina Keluarga). Makalah Program Pasca
Sarjana UIN Alauddin, 1-29.
Zulfikar, R. A., Waluya Jati, R. S., & Darmawan, D. (2022). Risalah Cinta dalam Pandangan Hadis. Gunung Djati Conference Series, 8, 857-866.
Penulis: Alfina Khairunisa
Santri Asrama Al-Hikmah, Pondok Pesantren Wahid Hasyim, Yogyakarta.
0 Komentar